Menembus Batas-batas Fisika Klasik
Alam ternyata tidaklah semudah dan sesederhana yang
kita lihat! Demikianlah salah satu kesimpulan dari hasil penelitian terbaru
tentang cahaya. Para peneliti dari Niels Bohr Institute telah membuat percobaan
sederhana yang menunjukkan bahwa alam melanggar akal sehat (common sense) – hal
yang berbeda dari kebanyakan orang percaya. Percobaan ini menggambarkan bahwa
ternyata cahaya tidaklah berperilaku sesuai dengan prinsip-prinsip fisika
klasik, tetapi cahaya memiliki sifat mekanika kuantum. Metode baru dapat
digunakan untuk mempelajari apakah sistem lain juga berperilaku secara mekanika
kuantum. Hasilnya telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Physical Review
Letters.
Di laboratorium optika kuantum (quantum optical
laboratory) di Niels Bohr Institute, para peneliti telah melakukan percobaan
yang menunjukkan bahwa sifat cahaya tidak mengikuti prinsip-prinsip fisika
klasik. studi itu menunjukkan bahwa cahaya dapat memiliki kedua medan listrik
dan medan magnet, tetapi tidak pada waktu yang sama. Artinya, cahaya memiliki
sifat mekanika kuantum.
Ada dua kategori berbeda dalam fisika, yaitu fisika
klasik dan fisika kuantum. Dalam fisika klasik, objek, misalnya mobil atau
bola, memiliki posisi dan juga kecepatan yang terdefinisi dengan pasti. Ini
adalah pandangan klasik terhadap dunia kita sehari-hari. Dalam dunia kuantum
benda juga dapat memiliki posisi dan kecepatan, tapi tidak pada saat yang sama.
Pada tingkat atom, mekanika kuantum mengatakan bahwa alam berperilaku cukup
berbeda dari yang kita bayangkan. Ini bukan hanya bahwa kita tidak tahu posisi
dan kecepatan, bukan, dua hal ini sama sekali tidak ada secara bersamaan. Tapi
bagaimana kita tahu bahwa mereka tidak ada secara bersamaan? Dan di mana
perbatasan dua dunia? Para peneliti telah menemukan cara baru untuk menjawab pertanyaan
ini.
Cahaya dalam pandangan mekanika kuantum
Eran Kot, mahasiswa Ph.D pada kelompok penelitian
Optika kuantum di Niels Bohr Institute Universitas Kopenhagen, tentang
penelitiannya ini, “Tujuan kami adalah untuk menggunakan mekanika kuantum dalam
cara baru. Oleh karena itu penting bagi kita untuk mengetahui bahwa ‘sistem’
benar-benar berperilaku dengan cara yang tidak memiliki penjelasan klasik.
Untuk tujuan ini, yang pertama kita uji adalah cahaya.”
Berdasarkan serangkaian percobaan di laboratorium optika
kuantum, mereka mengamati keadaan cahaya. Dalam fisika klasik, cahaya memiliki
kedua medan listrik dan medan magnet.
“Penelitian kami menunjukkan bahwa cahaya dapat
memiliki kedua medan listrik dan medan magnet, tetapi tidak pada waktu yang
sama. Dengan demikian, kami memberikan bukti sederhana bahwa percobaan ini
melanggar prinsip-prinsip klasik. Artinya, kami menunjukkan bahwa cahaya
memiliki sifat kuantum, dan kita dapat memperluas ini untuk sistem lain juga,”
kata Eran Kot.
Mekanika klasik dan mekanika non-klasik
Tujuan dari penelitian ini adalah selain secara
mendasar memahami dunia, tetapi juga tantangan praktis untuk dapat memanfaatkan
mekanika kuantum dalam konteks yang lebih besar. Untuk cahaya ini bukan kejutan
besar bahwa cahaya berperilaku secara kuantum, tetapi metode yang telah
dikembangkan juga dapat digunakan untuk mempelajari sistem lain.
“Kami berusaha untuk mengembangkan komputer kuantum masa depan dan
karenanya kami perlu memahami batas kapan sesuatu berperilaku secara mekanika kuantum dan
saat itu adalah mekanika klasik,” kata profesor fisika kuantum Anders S.
Sørensen, menjelaskan bahwa komputasi kuantum tentu harus terdiri dari sistem
dengan sifat-sifat non-klasik.source :
https://aktifisika.wordpress.com/2012/06/08/enembus-batas-batas-fisika-klasik/#more-375
Tidak ada komentar:
Posting Komentar