Bukti
Teori Relativitas Einstein dalam Kehidupan
Teman-teman
fisika pasti kenal dengan Einstein. Selain karena pandai, dia juga ahli tentang
teori relativitas. Ketika teman-teman membicarakan soal relativitas, pasti
teman-teman memikirkan “bukti
apa sihyang
menyatakan teori itu benar?”. Untuk menyikapinya kami berikan beberapa bukti
yang mampu membuktikan bahwa teori Relativitas Einstein berguna dalam kehidupan
nyata.
1. Global
Positioning System (GPS)
Pernah
dengar kata GPS? GPS singkatan dari Global Positioning System. GPS berguna untuk sistem navigasi. GPS berfungsi akurat
sebab terdapat satelit sebagai pusat informasinya. Satelit menggunakan konsep
relativitas dalam kerjanya. Meskipun satelit tidak bergerak secepat kecepatan
cahaya, namun sebenarnya satelit bergerak sangat cepat.
Selain
itu, satelit juga mengirimkan sinyal ke stasiun Bumi. Supaya akurat, satelit menggunakan jam dengan akurasi hingga
beberapa nanodetik. Satelit mengorbit pada ketinggian 12.600 mil atau 20.300 km
di atas Bumi dan bergerak dengan kecepatan 6.000 mil/jam atau 10 ribu km/jam
akan menyebabkan adanya dilatasi waktu relatif sekitar 4 mikrodetik per hari.
Dengan adanya efek gravitasi pula, dilatasi dapat bertambah sekitar 7
mikrodetik atau 7000 nanodetik.
Meski
terlihat sepele dan sangat kecil, perbedaannya tersebut sangat nyata.
Seandainya tidak ada efek relativistik, informasi GPS yang menyebut jarak ke
SPBU atau tempat pengisian BBM adalah 0,8 km akan mengubah informasi GPS
menyebut jaraknya menjadi 5 mil atau 8 km pada titik yang sama.
2.
Elektromagnet
Kumparan
kawat yang bergerak pada medan magnet dapat menghasilkan arus listrik. Partikel
bermuatan dalam kawat dipengaruhi perubahan medan magnet yang memaksanya
bergerak dan menghasilkan arus listrik. Namun, saat kawat diam pada medan
magnet, ternyata arus listrik masih timbul, bukan sebaliknya.
Hal tersebut membuktikan tidak ada kerangka
acuan yang ‘mutlak’. Thomas Moore, dosen Fisika dari Pomona College di
Claremont, California menggunakan prinsip relativitas untuk mendemonstrasikan
Hukum Faraday dan menyebut bahwa medan magnet yang berubah menimbulkan arus
listrik.
3. Warna
Kuning Emas
Kebanyakan
logam mengkilap karena elektron-elektron pada atomnya melompat dari tingkat
energi atau ‘orbital’ yang berbeda. Sejumlah partikel cahaya atau foton yang
mengenai logam akan terserap dan dipancarkan kembali dengan gelombang yang
lebih panjang. Emas memiliki atom yang berat dan elektronnya bergerak cukup
cepat sehingga membuat peningkatan massa relativistik yang signifikan.
Elektron berputar di sekitar inti atom atau
nukleus dengan jalur yang lebih pendek, namun dengan momentum yang lebih besar.
Elektron dalam orbital membawa energi yang lebih dekat dengan energi elektron
terluar dengan panjang gelombang yang bisa diserap dan dipantulkan lebih
panjang.Panjang gelombang cahaya yang lebih panjang berarti sejumlah cahaya
yang terlihat dan biasanya hanya terefleksi dapat terserap di ujung spektrum
biru.
Sementara itu, cahaya putih adalah percampuran
semua warna pembentuk pelangi. Namun, dalam emas saat cahaya terserap dan
terpancar kembali dengan gelombang cahaya yang memiliki panjang gelombang yang
lebih panjang. Hal tersebut menyebabkan percampuran cahaya yang kita lihat
memiliki warna biru dan ungu menjadi berkurang.Itulah yang membuat emas
berwarna kuning sebab kuning, oranye, dan merah memiliki panjang gelombang
lebih panjang dibandingkan warna biru.
4. Emas tak
gampang berkarat
Efek
relativistik pada elektron emas adalah salah satu alasan mengapa logam itu tak
berkarat dan tidak gampang bereaksi terhadap segala sesuatu. Emas hanya
memiliki 1 elektron di kulit terluarnya, namun tak sereaktif kalsium atau lithium. Sebaliknya,
elektron pada emas lebih ‘berat’ dari yang seharusnya dan lebih dekat dengan
inti atomnya.
5. Merkuri
atau raksa berbentuk cair
Meski
berstatus sebagai ‘logam’, merkuri atau raksa berbentuk cairan. Unsur kimia
yang memiliki simbol Hg itu juga punya atom yang berat seperti halnya emas.
Elektronnya berada dekat inti atau nucleus karena penambahan kecepatan dan
massa. Pada merkuri, ikatan antar atomnya sangat lemah sehingga zat tersebut
gampang meleleh pada temperatur yang lebih rendah.
6. TV “jadul”
Beberapa
tahun lalu, kebanyakan televisi dan monitor memiliki layar tabung sinar katoda
yang bekerja dengan cara menempakkan elektron pada permukaan fosfor dengan
magnet besar. Masing-masing elektron menyalakan pixel saat mengenai belakang
layar dan memunculkan gambar bergerak hingga 30 persen kecepatan cahaya. Dalam
kasus tersebut, efek relativistik terlihat jelas adanya.
7. Cahaya
Jika
teori Isaac Newton benar, maka niscaya penjelasan tentang cahaya yang kita
miliki akan berbeda sama sekali. “Tak hanya magnetik, cahaya pun tak akan ada.
Sementara relativitas mengharuskan adanya perubahan medan elektromagnetis pada
kecepatan yang terbatas, bukan seketika,” kata Moore.
Jika
persyaratan itu tak ada, perubahan pada medan listrik akan terjadi seketika,
bukan melalui gelombang elektromagnetik di mana manetik dan cahaya tak akan
diperlukan.
8. Pembangkit Tenaga Nuklir dan
Supernova
Relativitas adalah salah satu alasan di mana massa dan energi bisa
dikonversi menjadi satu sama lain yang menjelaskan bagaimana pembangkit listrik
tenaga nuklir (PLTN) beroperasi, juga mengapa Matahari menyinari siang. Efek
lain yang tak kalah penting adalah ledakan supernova: sinyal kematian sebuah
bintang.
“Supernova ada karena efek relativistik melampaui
efek kuantum dalam inti bintang yang besar, yang memungkinkan bintang itu
meledak secara tiba-tiba dan menjadi bintang neutron yang jauh lebih kecil dan
lebih keras,” kata Moore. Saat supernova, lapisan
luar bintang merangsek masuk ke inti dan memicu ledakan raksasa yang
menciptakan elemen yang lebih berat dari besi.
Jika tak ada relativitas, bintang-bintang raksasa
yang menua tak akan meledak dan menjadi katai putih (white dwarf). Katai putih dianggap sebagai titik akhir
dari evolusi suatu bintang dan merupakan inti bintang di mana reaksi fusi
berlangsung. Atau dengan kata lain, bentuk akhir bintang setelah terbakar habis
alias mati.
Source :
http://fisika.id/bukti-teori-relativitas-einstein-dalam-kehidupan/